May 22, 2024

IS THERE FAMILY IN THE HOUSE ?

0

IS THERE FAMILY  IN THE HOUSE ?
Kolose 3: 18 – 21

By : Dr. Robert Pangaribuan, SE, M.Th

Who is that family?

            Berbicara tentang keluarga tentu ada tiga unsur utama di dalamnya yaitu bapa, ibu dan anak sebagaimana tercatat dalam KBBI yaitu sebagai unsur seisi rumah. Ketiga unsur utama dalam rumah tangga inilah yang paling dekat dan paling sering melakukaann relasi dan berinteraksi satu dengan yang lain karena tinggal dalam satu rumah. Untuk itu maka ketiga unsur keluarga ini harus terus menjalin hubungan yang baik, harmonis dan memiliki komunikasi yang baik. Hubungan seorang ayah dan ibu sebagai suami dan istri harus terjalin dengan baik agar menjadi teladan dan menjadi berkat bagi anak-anaknya. Demikian anak-anak terhadap orang tua harus patuh dan menaruh hormat kepada orang tuanya. Namun pada realitanya ketiga unsur utama sering terjadi kegagalan dalam menjalin kehidupan rumah tangga, there is failure in marital relationships. Seorang suami melakukan KDRT terhadap istrinya, seorang istri yang tidak mau tunduk terhadap suaminya, seorang anak yang tidak hormat terhadap orang tuanya, bahkan tidak sedikit yang melakukan kekerasan terhadap orang tuanya bahkan dengan tega membunuh orang tua kandungnya seperti berita yang baru-baru ini terjadi seorang gadis di Colorado AS membunuh ibu kandungnya dengan 151 tusukan.

The Duty of Wives are Submission.

            Untuk mengindari hal-hal negatip di atas, Alkitab telah memberi peringatan bagi ketiga unsur utama dalam keluarga yaitu kapada bapa/suami, istri/ibu dan anak sebagaimana tercatat dalam Kol.3: 18-21. Firman Tuhan dalam ayat tersebut sangat tegas dan tidak ada kompromi sedikitpun, there is oders to obey, ada unsur perintah yang harus ditaati dan bukan bersifat himbauan dan juga bukan bersifat terpisah sendiri-sendiri, tetapi harus menjadi kepatuhan bersama. Tidak cukup hanya sang istri atau suami yang melakukannya sementara anak tidak apa-apa jika tidak melakukan, demikian dengan individu-individu lain dalam unsur keluarga. Kepada istri-istri, FT dalam ayat 18, ada perintah tegas dengan menyebutkan “hai istri-istri, tunduklah kepada suamimu”. Sang istri harus tunduk kepada suami bukan karena adanya unsur sebab akibat, yaitu istri akan tunduk kepada suami apabila suaminya terlebih dahulu mengasihinya dan telah berbuat baik, dengan memenuhi semua keinginan sang istri, atau jika suami sudah memenuhi kewajibannya sebagai suami. Istri harus tunduk kepada suami meskipun sang suami masih belum hidup di dalam takut akan Tuhan, belum mengashi istri dengan sepenuh hati. Namun ada dasar yang sangat fundamental bagi sang istri agar tunduk kepada suami yaitu pada ayat yang sama dikatakan: “sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan” dalam terjemahan lain disebutkan  “sebab begitulah seharusnya kelakuanmu sebagai orang Kristen”. Jadi dasar para istri untuk tunduk kepada suami adalah karena unsur kepatuhan atau ketaatan pada Firman Tuhan (Ef.5:22). The duty of wives are submission. Dalam praktek kehidupan rumah tangga sang istri tidak boleh terlalu dominan dari suami, sehingga sang suami lebih cenderung kelihatan di bawah kekuasaan sang istri yang sering dikenal dengan istilah DKI. Dalam hal demikian maka suami sebagai kepala rumah tangga telah kehilangan kewibawaan, dan istri tidak taat kepada Firman Tuhan.

Husbands love your wives. 

           Kepada para suami ada perintah yang tegas juga dari Tuhan, “Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia” (Kol.3:19). Untuk mengimbangi sang istri yang patuh terhadap Firman Tuhan, melalui ketundukannya terhadap suami, maka para suami juga melakukan hal yang sama yaitu melakukan perintah Tuhan agar mengasihi istri dengan sepenuh hati, jangan berlaku kasar baik secara fisik maupun secara verbal. Memang para suami menjadi kepala para istri dan juga menjadi kepala dalam rumah  tangga. Dominasi sang suami terhadap istri adalah merupakan hak privelage yang harus  dipandang dari kacamata ilahi, dan bukan bersifat lahiriah. Dasar para suami harus mengasihi istrinya adalah karena “Kristus terlebih dahulu telah mengasihi jemaat” (Ef.5:25). Dengan demikian para suami tidak perlu menuntut para istrinya untuk tunduk dan menghormati suami dengan mengklain Firman Tuhan, bahwa ia adalah kepala istri (Ef.5:23), yang bisa menimbulkan sifat arogansi dan superior sang suami atas itrinya. They are told that they are the head of their wives, but they are never ordered tobe the head of their wives. Jadi suami secara nature ilahinya sudah menjadi bagian kepala dari si istri dan menjadi satu tubuh yang tidak terpisahkan. The husband is not tobe the head of their wife but the head of their wife, as Christ is the Head of the Church. Itu sebabnya Firman Tuhan dalam Ef.5:28 menegaskan bahwa suami harus mengasihi istri sama seperti tubuhnya, oleh karena itu itu harus diasuh dan dirawat sedemikian rupa agar tetap sehat. Barang siapa mengasihi istrinya juga mengasihi dirinya sendiri. Barang siapa menyakiti istrinya berarti menyakiti dirinya. Dalam fakta kehidupan sehari-hari banyak sekali ditemukan para suami yang berlaku kasar terhadap istri, menganiaya melalui KDRT, menghina, merendahkan, dan melukai sang istri melalui verbal atau ucapan yang sangat kasar, namun tanpa disadari, suami tersebut sudah melukai dan menyakiti dirinya sendiri. Oleh karena itu mengasihi istri bukan karena ada unsur timbal balik yaitu karena istri sudah tunduk kepada suami, tetapi adalah karena ketundukan dan ketaatan suami akan Firman Tuhan yang didasarkan atas kasih Kristus terhadap jemaatnya. Kristus dianalogikan sebagai suami dan jemaat adalah istri. Kristus melalui anugerah-Nya mengasihi jemaat terlebih dahulu, maka jemaat juga harus tunduk kepada Kristus. Demikianlah dasar kehidupan hubungan suami istri, mereka berdiri teguh dalam kehidupan rumah tangga adalah karena Firman Tuhan di dalam Kristus Yesus. Baik suami mapun istri menerima perintah yang sama yaitu satu sumber dari Firman Tuhan yang wajib dilakukan bersama-sama. The command to wives is: Submit your selves unto your own husbands in fear and without qustion, and the command to husband is: Love your wives and live with them according to knowledge. 

How Children Obey Parents

           Unsur yang ketiga dalam keluarga adalah anak dan Firman Tuhan yang ditujukan kepada mereka, “Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan”,(ay.20). Perkembangan spiritual seorang anak di dalam keluarga sangat dipengaruhi peranan orang tua, baik sebagai bapa maupun ibu. Anak-anak tidak bisa serta merta dituntut untuk menaati Firman Tuhan, agar mereka mau mentaati orang tuanya, menghormati dengan tunduk dan taat kepada orang tua. Dengan memiliki sipiritual yang baiklah, maka seorang anak akan taat kepada orang tua. Peranan orang tua dalam membentuk divine character seorang anak, adalah dengan membimbing dan menuntun dalam persekutuan yang intens bersama Tuhan di tengah-tengah keluarga sejak dini. Orang tua yang tidak memiliki persekutuan yang erat bersama Tuhan, maka kecil sekali ada persekutuan di tengah-tengah keluarga, yang berdampak terhadap perkembangan sipiritual anak. Orang tua harus membangun family fellowship with God, yang berdampak positip terhadap terbentuknya karakter ilahi anak. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka sebagai orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus, harus memiliki persekutuan pribadi dan juga persekutuan bersama keluarga yang berlangsung secara terus menerus lewat saat teduh, memiliki jadwal doa syafaat pribadi sehingga Tuhan Yesus hadir di dalam keluarga. Dengan terbentuknya kualitas sipiritual yang baik bagi anak, maka sangat besar kemungkinan anak-anak akan taat dan dengar-dengaran akan nasihat dan perintah orang tua.

           Ada satu hal yang sangat penting khususnya bagi kaum bapa yaitu dalam ayat 21, “Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya”. Seorang bapa harus menjalin hubungan yang baik dengan anak dan harus dapat menjadi teladan dalam banyak hal, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Seorang ayah tidak boleh ringan tangan secara fisik dan berlaku kasar terhadap anak yang dapat menimbulkan sakit hati anak, mengalami luka batin dan akar kepahitan. Sehingga hati anaknya menjadi tawar terhadap orang tua yang cenderung menjadi anak yang selalu memberontak dan tidak taat kepada orag tua. Orang tua harus menjaga komunikasi yang baik, jangan berkata buruk dan kasar yang cenderung mengarah kepada ucapan kutuk. Dengan demikian relasi dalam keluarga harus memiliki harmonious triangular relationship in the Lord Jesus Christ, yaitu unsur-unsur keluarga yang sepakat bersama menerima dan menjalankan Firman Tuhan dengan tanggung jawab masing-masing di dalam pimpinan dan penyertaan Tuhan kita Yesus Kristus.

So there is family in the house, in the Lord Jesus Christ as the Head of the family, Amin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *