

Alumni KMK USU tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Ada yang bekerja berkaitan dengan profesi tertentu dan ada pula sebagai pemberita Injil baik melalui hamba Allah di gereja ataupun missionaris ke daerah tertentu. Terpujilah TUHAN yang mengijinkan perjumpaan bagi alumni-alumni KMK semasa perkuliahan di kampus USU khususnya di dalam sebuah persekutuan yang indah melalui kelompok pembinaan KMK-USU.
Menjadi seorang alumni tentulah memiliki tantangan yang sangat besar bagaimana alumni-alumni KMK USU tetap menjaga imannya kepada Kristus dan memperjuangkan hidup yang berkenan di hadapan Allah serta berkat kepada sesamanya. Ketaatan dan kesetiaan alumni KMK-USU akan teruji melalui pengalaman hidup yang dialaminya yang tentunya membutuhkan komitmen dan keteguhan hati kepada Kristus. Meskipun kita menjalani kehidupan dan pergumulan yang berbeda-beda, prinsip Tuhan untuk membentuk anak – anak Tuhan tetap sama dari dahulu sampai sekarang. Itu sebabnya Alkitab yang telah ada ribuan tahun tetap dapat kita mengerti dan relevan sampai masa kini. Dan kita tidak akan mungkin bisa taat kepada Allah tanpa pembelajaran Firman Tuhan yang benar dan doa setiap harinya.
Perumpamaan anak yang hilang adalah perumpamaan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Cerita ini tercantum di dalam Lukas 15:11-32. Perumpamaan ini menceritakan tentang kasih seorang bapa kepada anaknya. Di dalam cerita ini, sekalipun titik beratnya adalah tentang si anak bungsu, namun sebenarnya si anak sulung juga mempunyai peran di dalam cerita ini. Perumpamaan ini menceritakan tentang seorang bapa yang mempunyai dua orang anak. Pada suatu hari, anaknya yang bungsu ini menginginkan harta warisan yang menjadi anggota miliknya (yang seharusnya dibagikan ketika bapanya sudah meninggal). Dengan harta warisannya itu, dia berkunjung berfoya-foya ke negeri yang jauh. Setelah uangnya habis, dan di negeri tempat dia berdiam itu timbul bahaya kelaparan, timbul penyesalannya mengapa dia harus meninggalkan rumah ayahnya, sebab ketika dia berada di negeri tersebut, dia sangat kelaparan, bahkan sampai-sampai ingin memakan ampas babi di tempatnya bertugas untuk penjaga babi
Karena kondisi itu semua, dia memutuskan untuk pulang, dengan berencana akan menjadi pekerja dari ayahnya saja. Dia berpikir, ayahnya pasti tidak mau menerimanya lagi untuk anaknya setelah perlakukannya terhadap ayahnya. Namun ternyata, apa yang terjadi sungguh di luar dugaannya, ayahnya bukan saja berlari menerimanya dengan gembira, namun segera memanggil pelayan-pelayannya untuk mengganti pakaian anaknya itu dengan pakaian yang indah beserta perhiasan-perhiasannya, serta mengadakan suatu pesta yang besar, sebab katanya, “Sebab anakku ini telah mati dan menjadi hidup kembali, dia telah hilang dan didapat kembali.”Namun, kakaknya si anak sulung ternyata tidak terima ayahnya memperlakukan si anak bungsu sebaik itu. Dia merasa iri, bahwa setelah sekian lama dia bertugas membantu ayahnya, tidak pernah ayahnya memperlakukannya sebaik itu. Dia marah dan tidak mau mengikuti pesta itu.
Perumpamaan tentang anak yang hilang ini adalah suatu perumpamaan yang sering digunakan untuk menggambarkan kesetiaan Allah (yang sering digambarkan untuk Bapa) yang tidak pernah berubah, sekalipun umatNya (digambarkan untuk anak yang bungsu) sering menyakiti hatiNya dan meninggalkanNya untuk berkunjung menikmati kesenangan duniawi (digambarkan untuk negeri yang jauh). Demikian pula Dia menekankan bahwa Dia tidak ingin umat-umatNya menjadi seperti anak yang sulung yang hanya memikirkan diri sendiri, tidak mempunyai kasih terhadap saudara kandungnya, namun Dia ingin supaya umat-umatNya peduli terhadap orang-orang yang belum mengenal Yesus.
Pada bulan ini kita mengangkat topik “Eksposisi Injil Lukas 15:11-32: Panggilan Untuk Membangun Kembali Hubungan dengan-Nya” dimana Alumni KMK USU belajar mengenai maksud Yesus mengajar dalam perumpamaan, belajar mengenai pelajaran-pelajaran rohani yang diambil dari perumpamaan anak yang hilang, belajar mengenai perumpamaan anak yang hilang menggambarkan anugerah Tuhan dalam bentuk kasih, penerimaan, dan pengampunan yang diperlihatkan oleh sang ayah kepada anaknya, dan didorong agar mengerjakan pelajaran-pelajaran rohani tersebut di dalam hidup dan pelayanan setiap alumni.
Leave a Reply