Perjalanan Pengharapanku

Perjalanan Pengharapanku
Oleh : Nadya Sidabutar (Alumni FEB 2016)

     Lulus CPNS Badan Pemeriksa Keuangan RI adalah jawaban terindah atas tumpukan harapan yang sudah ku taruh dalam tabungan doa-doaku sejak aku kecil, seperti anugerah yang tak terduga dari Tuhan. Segala keterbatasan dan pahitnya penghakiman yang diberikan dunia pun tidak mampu menggagalkan rencana-Nya.

     Aku ingat hari-hari menjelang wisuda dan berpikir akan seperti apa tahapan apa yang harus ku lalui, saat ketika aku ingin memulai mencari pekerjaan layaknya orang pada umumnya, waktu itu aku ingat satu doaku, “Tuhan, tolong berikan perkerjaan yang terbaik untukku sesuai ide awal Tuhan menciptakanku dan mengizinkan hal itu terjadi padaku. Tuhan boleh gagalkan interview kerjaku kalau memang itu tidak sesuai dengan kehendak Tuhan” ucapku dalam doa malam itu.

     Aku terlahir berbeda dari orang-orang pada umumnya, lahir sebagai bayi yang cacat membuatku sering bertanya-tanya akan banyak hal pada Tuhan, saat aku merasa sama seperti teman – temanku pada umumnya. Kalimat hinaan dan lelucon menyakitkan yang datang merendahkanku akhirnya menyadarkanku bahwa aku tidak sama seperti mereka. Sejak kecil beberapa kerabat sudah menjengkali masa depan seorang anak yang lahir sepertiku dengan hinaan menyakitkan kepada orangtuaku. Semakin aku beranjak dewasa, semakin aku sering bercerita kepada ibuku tentang bagaimana aku kecil dulu. Kepolosanku menanggapi hal-hal itu hanya bisa membuatku menangis, tidak sampai membuatku menjadi pribadi yang pendendam. Menjalani masa awal sekolah yang membuatku akrab dengan bullying dan tak jarang pula aku pulang sekolah dengan keadaan menangis.

Semakin naik jenjang pendidikan semakin aku mengerti bagaimana sistem yang berlaku di sekolah, bagaimana lingkungan sekolah yang lebih ramah dengan siswa yang ungggul di akademik. Dan ini membuatku berusaha untuk unggul dalam bidang akademik dengan harapan teman-temanku teralihkan oleh kondisi fisikku dan memandangku sebagai seorang yang berprestasi. Namun, aku tetap berusaha sebisa mungkin tidak mencolok atau menarik perhatian di kelas. Tumbuh dan melewati proses itu banyak membentuk kepribadian dan caraku memandang diriku. “Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” 2 Korintus 12:9-10, ayat Alkitab yang sering mengingatkanku betapa luar biasanya Tuhan memelukku erat dan menggenggam tanganku melewati masa-masa itu. Ujaran negatif lingkungan sekitar yang terus terngiang di pikiranku tak jarang membuatku seolah tak punya masa depan yang baik. Satu-satunya harapanku saat itu hanyalah Tuhan.

Proses mencari pekerjaanpun dimulai, Aku sering meragukan diri, bertanya-tanya apakah ada perusahaan yang akan menerimaku, saat cara berbicaraku dan penampilanku berbeda dari yang lainnya. Saat melamar di perbankan yang merupakan ladang bagi orang-orang sarjana Akuntansi sepertiku, aku bahkan enggan dan merasa minder untuk mencoba keberuntungan disana. Saat di awal mencari pekerjaan, orangtuaku menawarkan operasi perbaikan untukku, operasi tahap terakhir yang harus dilakukan untuk seorang yang terlahir sepertiku. Mereka khawatir tentang proses mencari pekerjaanku, berpikir apakah aku akan susah mendapatkan pekerjaan dengan kondisi seperti ini. Aku menolak dengan berbagai alasan dan tetap melanjutkan proses mencari pekerjaanku. Banyak lamaran yang telah ku ajukan dan tahapan proses seleksi yang ku lalui tetapi lagi-lagi aku gagal di proses interview akhir.

Lima bulan setelah wisuda namun belum juga menerima offering letter, hingga akhirnya aku berdoa lagi kepada Tuhan, mempertanyakan apakah benar karena kekuranganku itu atau memang bukan itu yang terbaik untukku. Masih ku ingat jelas aku hanya menangis dalam doaku dan berkata hanya Tuhan lah satu-satunya harapanku, mengangkatku dan mematahkan semua perkataan buruk orang lain tentang masa depanku.

Beredarnya informasi tentang pembukaan CPNS tahun 2021 membuat kedua orangtuaku terutama ibu mendorongku untuk mengikuti proses seleksinya. Beliau yang selalu meyakinkanku agar dengan sungguh-sungguh mengikuti proses seleksi CPNS ini. Aku yang awalnya tidak pernah terpikir untuk menjadi PNS, tiap hari menjelang pendaftaran selalu diingatkan Ibu tentang bagaimana negara ini telah banyak membantuku mulai dari bayi aku telah mendapatkan operasi bibir sumbing gratis oleh pemerintah, bantuan pendidikan sewaktu Sekolah Menengah Atas (SMA) sampai beasiswa penuh Bidikmisi saat kuliah. Aku memang telah mendapatkan visi hidup untuk memberikan kontribusi untuk negara, selama kuliah yang kupikirkan hanya di bank sentaral negara ini.

Keyakinan Ibuku membuka pikiranku, visi yang sama namun di instansi yang berbeda. Sebelum memulai semuanya aku berdoa dan berharap ini adalah jawaban atas harapan-harapanku selama ini. Aku pun fokus mempersiapkan diri, baik mental maupun kemampuan.

Saat pembukaan pendaftaran CPNS ada satu instansi yang menarik pehatianku, yaitu Badan Pemeriksa Keuangan RI, ya, lembaga negara yang menurutku nilai-nilai dasar dan apa yang dikerjakan instansi ini sesuai dengan apa yang kucari. Saat membaca pengumunan instansi ini, tertulis proses Seleksi Kemampuan Bidang (SKB) yang ku kira sama dengan instansi lain yang menguji kemampuan bidang di jurusan pekuliahan dengan sistem CAT ternyata berbeda, SKB BPK RI menguji hal-hal yang terdalam dari diri seseorang, yakni tes psikotes, psikiatri, wawancara, (Leaderless Group Discussion) LGD dan sertifikasi. Aku mulai minder dan meragukan diriku lagi saat ku tahu ada proses wawancara dan LGD, sebagai fresh graduate saat itu pun aku belum memiliki sertifikasi. Hal-hal itu hampir mengurungkan niatku mendaftarkan diri di instansi ini, namun aku berdoa dan meminta arahan dari Tuhan, aku pun berdiskusi dengan kedua orangtuaku.

Walaupun ditengah keterbatasanku, aku merasa diyakinkan untuk terus maju.

Tahapan demi tahapan berhasil dilalui, aku ingat hari-hari itu, tiada hari tanpa berdoa, tiada hari tanpa bercakap-cakap dengan Tuhan dalam hatiku. Proses seleksi yang panjang membuatku tetap melamar pekerjaan dan aktif mengikuti tahapan proses rekruitmen di perusahaan swasta lain, dan tak lama setelah itu ternyata mendapat offering letter Management Trainee di suatu perusahaan.

Aku sadar, betapa buruknya aku telah berprasangka buruk pada Tuhan. “Apa yang tidak bisa dilakukan Tuhan? Semua bisa kalau Tuhan berkehendak” kalimat ini yang dulu sering terngiang di pikiranku saat ku sadari ternyata semua hanya tentang bagaimana pekerjaan Tuhan bisa nyata dalam hidup setiap orang.

Setelah berdoa dan berdiskusi dengan orangtua, akhirnya aku menolak offering letter perusahaan itu dan tetap fokus menyelesaikan perjuanganku menghadapi ujian CPNS di Badan Pemeriksa keuangan RI. Hingga akhirnya semua tahapan ujian berhasil terlalui dengan baik, menunggu pengumuman akhir sekitar sebulan dan di perkirakan akan keluar awal Januari 2022, saat itu dan dan keluarga hanya berserah dan berharap penuh pada Tuhan.

Pada 23 Desember 2021 sekitar pukul 20:00 WIB, pengumuman kelulusan akhir ternyata di percepat, saat melihat namaku ada di urutan 3 aku hanya bisa menangis sambil berulang kali berkata “Terima kasih Tuhan”, hal yang sama sekali tidak pernah ada dalam pikiranku namun begitu sempurnanya Tuhan membuat rencana_Nya terjadi dalam hidupku. Seperti jawab atas harapanku dan pertanyaan atas doa-doaku, orangtua dan orang terdekatku dan menjadi kado natal terindah dalam hidupku sejauh ini.

Harapan akan selalu ada, tak peduli seberapa kecil peluang harapan itu akan terwujud, tak peduli tentang seberapa buruk penghakiman orang lain, tak peduli juga dengan segala keterbatasan dan kekurangan seseorang tersebut.

Selama harapan itu di letakkan pada yang kuasa, Tuhan Yesus Kristus.

“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah Firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” -Yeremia 29:11