
Pelayanan Alumni, Antara HARAPAN dan TANTANGAN
“Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia. Hendaklah kamu berakar di dalam Dia dan dibangun di atas Dia, hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu, dan hendaklah hatimu melimpah dengan syukur.” (Kolose 2 : 6-7).
Mengulas tentang pelayanan Alumni adalah hal yang tidak begitu menarik di kalangan dunia alumni (dlm konteks Alumni Kristen). Berbeda halnya dengan pelayanan Mahasiswa yang jauh lebih menarik untuk dibicarakan di kalangan Alumni. Ini terbukti dari minimnya perhelatankegiatan pelayanan yang dilakukan di kalangan Alumni. Betulkah faktanya demikian? Barangkali ini hanya pendapat dan pengalaman pribadi penulis saja!
Sebelum menelaah lebih jauh pelayanan Alumni, perlulah kita mengingat kembali dasar-dasar pelayanan seseorang. Salah satu dasar Alkitabiah yang utama adalah seorang pelayan haruslah terlebih dahulu “telah menerima Kristus Yesus sebagai Tuhan secara pribadi.” Keputusan pribadi yang sangat penting dan fundamental tersebut adalah titik awal atau mungkin titik balik seseorang dalam hidupnya untuk menjadi pribadi yang istimewa dan menyadari hidupnya berharga di mata Tuhan, telah ditebus dari kutuk dosa oleh karya salib Kristus di Kalvari danmenyadari hidupnya harus berguna bagi sesamanya (inilah yang mendorong dirinya untuk mulai mengambil bagian dalam suatu pelayanan, dalam konteks ini adalah pelayanan kampus/mahasiwa). Terlibat aktif dalam pelayanan kampus dimana dia menuntut ilmu dan dibentuk menjadi pribadi yang lebih intelektual, umumnya didorong oleh semangat menggelora darah muda dan sarat dengan idealisme. Belum lagi adanya perasaan senasib seperjuangan dalam menyelesaikan studidi kampus adalah menjadi energi yang positif dalam berkembangnya pelayanan kampus/mahasiswa.
Sejak pelayanan Mahasiswa (khususnya di Kampus USU) dirintis oleh para senior pelopor pelayanan kampus pada tahun 1980-an, maka hingga sekarangdiperkirakan sudah mendekati puluhan ribu Mahasiswa Kristen yang sudah pernah menerima panggilan Tuhan bahkan pernah melayani saat masih di kampus. Saat ini mereka sudah menjadi ALUMNUS, telah masuk dalam dunia profesi dan berada di lingkungan masyarakat yang heterogen, untuk menapaki tuntutan hidup yang harus dijalani sebagai warga dunia yang normal.Tantangan terbesarnya adalah bahwa ketika berada di dunia kampus, seorang Mahasiswa dapat melayani Tuhan dengan militan sesuai kompetensi dan talentanya dengan optimal, maka apakah hal tersebut dapat dikerjakannya secara konsisten di dunia profesi dan di lingkungan komunitasnya setelah menjadi Alumni?
Dalam menjawab tantangan tersebut, maka perlu sedikit gambaran perbandingan pelayanan dunia kampus dan pelayanan dunia Alumni. Pertama, pelayanan kampus dikerjakan oleh Mahasiswa dengan kondisi dan situasi yang relatif sama (homogen) yakni, tujuan yang sama (meraih gelar), lokasi yang sama (satu kampus), waktu yang sama (hanya beda Angkatan) dan status yang sama (Single, masih dlm tanggungan orangtua). Persamaan akan hal-hal tersebut menyebabkan organisasi pelayanan kampus menjadi lebih mudah digerakkan dan intensitas komunikasi lebih efektif dengan lokasi yang mudah terjangkau.
Berbeda halnya dengan dunia Alumni, setelah menyelesaikan studi dan masuk dunia professi, maka segala situasi yang homogen tersebut berubah drastis, masing-masing mulai mencari tujuan yang berbeda (pekerjaan/usaha yg dilakoni), lokasi yang berbeda (kota/daerah), waktu yang berbeda (sulit cari waktu/kesibukan bekerja) dan status berbeda (menikah, mandiri). Kondisi dan situasi heterogen yang dihadapi oleh seorang Alumni memberi warna baru dalam menentukan skala pioritas bagi dirinya dalam menjalani hidupnya. Aktivitas pelayanan pribadi maupun pelayanan kampus yang dapat dikerjakan begitu banyak pada saat pelayanan Mahasiswa, maka di dunianya yang baru rutinitas pelayanan itu tidak dijumpai lagi dan tergantikan oleh rutinitas profesi, keluarga dan komunitas dimana Alumni berada.
Kedua, bahwa orientasi pelayanan kampus secara khusus adalah menjangkau atau menyasar kelompok Mahasiswa dengan Visi dan Misi pelayanan agar para Mahasiswa sebagai kaum intelektual mengenal dan menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat dan menjadi calon pemimpin masa depan yang hidup benar dan takut akan Tuhan. Orientasi pelayanan Mahasiswa ini jelas lebih spesifik dan lebih fokus, sehingga mudah menyamakan persepsi bagi para pelayan Kampus yang ambil bagian. Sedangkan orientasi pelayanan Alumni menjadi sangat berbeda dan menjadi tantangan tersendiri untuk merumuskannya. Siapakah sesungguhnya yang akan dijangkau dan menjadi orientasi Pelayanan Alumni? Sebab para Alumni seyogyanya adalah merupakan “orang-orang yang dianggap sudah matang dan dewasa secara rohani” terutama karena sudah dibentuk di pelananan Mahasiswa cukup lama (bahkan hampir sama dengan Mahasiswa yang belajar di STT – Sekolah Tinggi Thologia). Apakah pelayanan Alumni yang ada saat ini exist dibentuk adalah untuk menjangkau Alumni, ataukah untuk menjangkau masyarakat umum yang lebih luas? Atau kedua-duanya?
Kondisi homogenitas dan orientasi pelayananyang berbeda di atas jelas menunjukkan tantangan berbeda sehingga diperlukan perubahan mindset dalam pelayanan Alumni.Pelayanan Alumni menjadi tidak mudah karena diharapkan harus mampu menjawab pertanyaan mendasardunia alumni yakni : Apakah sesungguhnya yang dibutuhkan seorang Alumni agar mampu bertahan dalam iman dan pelayanannya di tengah-tengah dunia profesi dan di komunitasnya yang jauh dari idealisme yang dimiliki ketika masih Mahasiswa?Apakah seorang Alumni akan mampu mengatasi persoalan pelik yang ada di dunia profesi atau justru menjadi larut dan hilang di tengah persoalan-persoalan tersebut?
Merujuk kepada nasehat Rasul Paulus kepada jemaat Kolose tentang kepenuhan hidup di dalam Kristus,menyatakan : “Kamu telah menerima Kristus Yesus, Tuhan kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap di dalam Dia.” (Kolose 2:6). Maka kalimat pertama dapat dimaknai sebagai orientasi pelayanan Kampus/Mahasiswa yaitu agar para Mahasiswa “menerima Kristus Yesus sebagai Tuhan dalam hidupnya”, sedangkan orientasi pelayanan Alumni terkandung dalam kalimat kedua yakni agar para Alumni “Hendaklah hidup tetap di dalam Kristus”.Hidup tetap di dalam Kristus adalah mengandung suatu tuntutan akan kesetiaan dan ketaatan kepada Kristus dalam menjalani hidup bagi setiap Alumni yang telah menerima Kristus secara peribadi dengan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu, seyogyanya orientasi pelayanan Alumni diharapkan mampu menjawab tantangan bagaimana membangkitkan sikap hidup dalam kesetiaan dan ketaatan kepada Kristus bagi Alumni di dunianya yang baru yang heterogen. Bentuk-bentukpelayanan seperti apakah yang mampu menjadi alternatif solusi sebagai jawaban bagi kebutuhan Alumni tersebut? Itulah yang perlu dikembangkan dan diorganisir dengan baik.
Pertanyaan intropeksi selanjutnya adalah, apakah pelayanan Alumni dalam segala bentuknya yang ada saat ini sudahkah menyentuh hal-hal yang pokok guna menumbuhkan kesetiaan dan ketaatan Alumni sebagaimana dimaksudkan oleh Rasul Paulus, sehingga para Alumni dapat berakar, dibangun dalam Dia dan bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadanya,sehingga hati para Alumni senantiasa melimpah dengan ucapan syukur?
Jika dicermati kondisi Alumni saat ini, barangkali jika dilakukan suatu survey tentang kondisi iman dan pelayanan Alumni setelah berada di dunia profesi dan di komunitasnya yang baru, maka tidak sedikit yang telah larut dalam kondisi yang jauh dari kesaksian iman yang diharapkan, yakni sebagai garam dan terang yang ilahi. Maka disinilah tantangan pelayanan Alumni sangat nyata dibutuhkan, namun sekaligus menggugat kreatifitas lebih mumpuni lagi agar mampu merancang program yang lebih bermakna dan tepat sasaran.
Juanto Padang, SH, MKN (Inikris FH-USU Stb. 1988).
Leave a Reply