
Mengapa Masih Berbuat Dosa ?
By : Tuti Gunawati Hutasoit, Novi Nera, Kevin Simangunsong
Kehidupan Kekristenan mencerminkan bagaimana identitas diri kita dalam Kristus. Sebagai orang percaya pastinya kita belajar banyak tentang firman Tuhan. Kita melihat keindahan kasih yang Allah berikan nyata di kehidupan kita.
Pertanyaannya: Apakah kita melakukan kehidupan Kekristenan kita dengan nyata? Atau hanya sebatas teoritis tanpa praktik?
Pada Hakekatnya Allah membenci dosa. Dosa membuat kita jauh dari Tuhan. Ketika kita hidup benar, Allah tidak menjamin hidup kita tanpa kesukaran, tetapi Dia menjanjikan akan hadir dan memelihara kita apa pun yang terjadi. Dalam segala hal orang benar akan ditindas, namun tidak terjepit; kehabisan akal, namun tidak putus asa; kita dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian; dihempaskan, namun tidak binasa. Orang benar jatuh, mungkin akan jatuh ke dalam dosa, dosa kelemahan, melalui godaan yang mengejutkan. Tetapi membangun kembali dengan bertobat, beroleh belas kasihan dari Allah, dan mendapatkan kembali kedamaianNya.
Namun yang jadi pembeda identitas asli dengan palsu, ketika kita memilki identitas yang palsu, kita mudah roboh dalam bencana, dosa-dosa yang menyergap bahkan mengalami kehancuran total tanpa bangkit kembali.
Apakah kita menikmati hadirnya Allah atau hanya menikmati pemberian Allah? Apakah kita mendengar dan melakukan firman Tuhan atau hanya mendengar tanpa melakukan?
Mengapa Masih Berbuat Dosa?
Jika Tuhan telah menebus umatNya, dan memberikan Roh Kudus untuk menyucikan dan memberikan kekuatan untuk melawan dosa, mengapa umatNya tetap berbuat dosa?
Kekristenan yang Alkitabiah sangat memperhatikan kerohanian yang sejati. Kebebasan dari belenggu dosa, persekutuan yang intim dengan Allah, menjadi pelaku kehendak Allah, dan diperkenan oleh Allah semua ini merupakan ajaran Tuhan Yesus Kristus. Yesus datang untuk memerdekakan manusia dari dosa dan memampukan manusia untuk hidup memuliakan Allah, dan kehidupan-Nya yang sempurna menjadi teladan terindah bagi manusia, melalui karya penebusan Kristus yang sempurna dan pertolongan Roh Kudus manusia dapat menang atas dosa dan iblis, dan bertumbuh dalam kehidupan yang memperkenan Allah.
Terlepas dari dosa bukanlah suatu hal yang mudah, karena dosa itu telah melekat dalam kehidupan manusia, sejak manusia tersebut ada. Dosa bukan hanya perbuatan buruk, tetapi juga kegagalan berbuat baik, seberapa banyak perbuatan manusia yang gagal? Pasti bagian ini menjadi sebuah perenungan bagi kita, yang menunjukkan bahwa manusia masih terus berbuat dosa.
Alkitab memberikan sebuah definisi dosa yaitu pelanggaran hukum Allah. Setiap orang yang berbuat dosa, melanggar juga hukum Allah, sebab dosa ialah pelanggaran hukum Allah. 1 Yohanes 3:4, setiap kita melakukan dosa berarti telah melanggar hukum Allah, hukum Allah terhadap dosa ialah jelas, menerima kematian dan upahnya ialah maut, dalam Firman Tuhan Roma 6:23, Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus Tuhan kita.
Identitas Kristen
Kehidupan Kekristenan mencerminkan bagaimana identitas diri kita dalam Kristus. Sebagai orang percaya pastinya kita belajar banyak tentang Firman Tuhan dan mengaplikasikannya dalam kehidupan kita. Layaknya sebuah pohon dikenali dari buahnya. Mendengar tanpa melakukan tidak ada artinya. Syair lagu yang dimuat dalam Kidung Jemaat 432 mengingatkan tentang hal yang sesungguhnya harus Kristen lakukan, yaitu menjadi pendengar sekaligus pelaku Firman Tuhan.
Ketidakbahagiaan disebabkan oleh sikap penolakan diri untuk menjadi pelaku Firman Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi pendengar atau pelaku bukanlah merupakan pilihan bagi Kristen dan hal ini tidak dapat dipisahkan dari sumbernya, yakni Firman Tuhan.
Bagaimana Kita tahu kebenaran dan prinsip-prinsip hidup seorang Kristen yang sesuai dengan Firman-Nya, selain dari membaca dan mendengar Firman-Nya. Namun apa gunanya pengetahuan tanpa aplikasi? Tidak ada! Jika demikian pengetahuan tentang kebenaran seharusnya nyata dalam tindakan-tindakan dan perilaku yang bercermin dan mencerminkan Firman-Nya. Kedua proses ini tidak berlaku sebaliknya atau dapat dipisahkan. Mendengar tanpa berbuat seperti orang yang bercermin tapi kemudian lupa apa yang dilihatnya. Sebaliknya tanpa membaca dan mendengar Firman-Nya, orang tidak tahu apa yang harus dilakukannya. Menjadi pendengar dan pelaku firman akan membongkar sifat lama dan dosa yang masih menempel, dan menggantinya dengan sifat baru dan buah Roh.
Dampak pembaharuan dan pengaruh operasi Firman dalam kehidupan orang Kristen harus menyangkut segala segi kehidupan. Tidak cukup mengakui diri beriman, sudah lahir baru, atau rajin mempelajari Alkitab. Itu semua harus diiringi oleh perilaku dan sikap sepadan. Firman memperbarui hidup sehingga bukan hanya jadi pengetahuan, tetapi penghayatan kebenaran yang mewujud dalam perilaku sehari-hari. Misalnya dalam penggunaan lidah, Firman menghendaki orang untuk lambat berbicara namun cepat mendengar. Kata-kata bisa jadi berkat, bisa juga mencelakakan. Perkataan yang tumpah ruah tidak akan berbuahkan kebenaran. Berkata-kata dengan benar adalah bentuk perkenanan pada Allah. Pengendalian dalam berbicara terjadi bila orang tidak mengikuti emosi, khususnya amarah. Menaati Firman juga mengalami pengudusan secara terus menerus. Membuang segala dosa dan memberlakukan kebenaran harus terjadi sepanjang hidup orang beriman .
Manusia harus menaklukkan pikirannya kepada Kristus dan menyucikannya dari semua yang jahat dan sia-sia. Tindakan baik atau jahat dimulai dari pikiran, diutarakan melalui mulut, dan dinyatakan dalam perbuatan. Dengan hikmat, seseorang tidak akan pergi berperang tanpa rencana matang, seseorang tidak akan berbuat hal yang jahat saat berelasi dengan sesama. Hidup dalam hikmat, seseorang akan memperlakukan sesamanya tanpa memandang latar belakang maupun status sosial orang tersebut. Dengan hikmat, rumah didirikan, ditegakkan, dan dilengkapi dengan bermacam-macam harta benda yang berharga dan menarik. Itu sebabnya Allah ingin kita mulai segala sesuatu dengan pikiran yang dikendalikan hikmat Allah.
Orang-orang yang bertumbuh dalam hikmat berarti dikuatkan dengan segala kekuatan (Kolose 1:9-11). Orang bijak akan mengandalkan hikmat, sedangkan orang kuat mengandalkan kekuatan ototnya. Marilah kita mengutamakan hikmat, bukan otot sehingga kita mengerjakan segala sesuatu selaras dengan hikmat dan pengetahuan Allah. Tidak menggigit lebih daripada yang dapat dikunyah. Tidak memulai sesuatu yang tidak dapat diselesaikan, dan melihat dulu sebelum melompat. Jika tugas ini dilalaikan, maka Allah yang menguji hati akan membalas manusia menurut perbuatannya. Orang benar harus hidup berhikmat: merencanakan segala sesuatunya dengan baik, mendengarkan dan menerapkan kehidupannya dengan benar. Dengan hikmatnya ia mengerti bagaimana mengisi hidupnya dan mempersiapkan masa depannya.
Greg Morse mengatakan “Dosa bukan hanya melakukan yang buruk, melainkan juga kegagalan melakukan yang baik.”
Kesungguhan kita beriman kepada Kristus tercitra saat Firman-Nya menjadi nyata dalam kehidupan: saat tingkah laku kita menjadi berkat bagi sesama dan pelayanan kita menjangkau orang yang memerlukan kasih Allah. Semuanya itu tak boleh tererosi meskipun keadaan tidak memihak kita. Juga bukan dengan alasan yang menguntungkan pribadi, melainkan karena kita telah mengalami penebusan-Nya.
Semangat untuk terus bergumul seperti kalimat yang sering kita dengarkan
“mengasihi Tuhan Yesus lebih dari apapun dan membenci dosa lebih dari apapun” (Our Heritage hlm 22) adalah satu komitmen kita dihadapan Allah untuk mengerjakan Keselamatan yang telah Allah anugerakan.
Philip Siregar
Thanks for sharing this article