Go Make Disciples of All Nations

Pertemuan terakhir secara fisik antara Yesus dengan para murid adalah pertemuan spektakuler. Pertemuan dengan mukjizat terakhir yang mereka saksikan di depan mata mereka. Sang Anak Allah akan kembali kepada tahta-Nya di sorga. Pertemuan terakhir yang disertai dengan perintah dan janji yang menyertainya.  go…make disciples of all nations” .

Perintah dari Sang Pemilik Otoritas di sorga dan di bumi. Suatu perintah yang kita kenal sebagai Amanat Agung, Perintah yang tidak akan pernah usang dan terus disampaikan kepada setiap murid dari generasi ke generasi sampai kepada kedatanganNya yang kedua kali.

 go…make disciples of all nations”, ditaati para murid dengan memperlihatkan perubahan radical dalam hidup mereka. Ketakutan, bersembunyi, dan kenginan untuk kembali ke kehidupan awal sebelum bertemu Kristus, berubah menjadi pribadi berani, yang bahkan rela menderita dan mati demi melaksanakan amanat tersebut. Amanat Agung, yang olehnya banyak pemberita harus merelakan nyawanya tetapi karena berita itu jutaan jiwa dimenangkan dari kebinasaan. Suatu amanat yang membuat Ludwig I. Nommensen memantapkan hatinya memandang tanah Batak ketika seorang ibu yang mendapatkan berita bahwa putranya yang diserahkan kepada Tuhan  telah mati di Tano Batak (Leman), berseru di depan banyak pemuda, bahkan jika masih diberikan kesempatan untuk melahirkan satu anak lagi, maka anak itupun akan tetap dia utus ke Tano Batak.  go…make disciples of all nations”, L.I.Nomensen mengikuti jalan yang telah ditempuh pendahulunya yang martir. go…make disciples of all nations”, tanpa itu, Bangso Batak akan tetap menjadi bangso yang terhilang, dimana kitapun mungkin menjadi bagian yang terhilang itu. Alangkah besarnya konsekwensi dari ketidaktaatan atas perintah itu dan alangkah menakjubkan buah dari ketaatan atas perintah  tesebut. Buah ketaatan yang membuat sorga bergema dengan sorak-sorai. Satu satunya ayat yang menyatakan ada sukacita pada malaikat Allah di sorga adalah ketika satu orang berdosa bertobat (Lukas 15:10).

 go…make disciples of all nations” merupakan isi hati Bapa karena untuk itulah Kristus datang. Kelahiran, pelayanan, kematian, kebangkitanNya adalah program Allah sejak semula. “man oriented” supaya semua umat dari segala suku bangsa diselamatkan.

Hati penulis bergetar ketika membaca kisah ada masa dimana ketika para Pekabar Injil pergi ke suatu daerah, mereka membawa barang-barang mereka ke dalam suatu peti yang seperti peti mati dan diukur dengan seukuran tubuh mereka (sebagai symbol bahwa mereka sudah rela jikalapun harus mati dan peti itu sebagai peti mati mereka). Mereka adalah orang – orang special yang menangkap isi hati Bapa dan melakukannya dengan taat. Sewaktu di pelayanan mahasiswa, bukankah kita sering menyanyikan lagu..” berikanku hati seperti hatiMu yang penuh dengan belas kasihan, berikan ku mata seperti mataMu, memandang tuaian di sekekelilingku, berikan ku tanganMu, b’rikan ku kakiMu…berikan ku hatiMu”.  Mungkin zaman berbeda, cara berbeda, kita tidak harus seperti Nomensen yang harus menempuh perjalanan 3 bulan hanya supaya Injil sampai ke tanah batak (dimana sekarang dengan hitungan detik, Berita Injil bisa di share ke seluruh dunia. Dalam hitungan langkah, kita bisa bertemu dengan banyak orang yang masih terhilang di sekeliling kita), tidak harus membawa peti mati sebagai symbol rela mati demi melakukan amanat tersebut. Yang menjadi perenungan adalah… apakah kita keinginan kita untuk memiliki hatiNya, mataNya, kakiNya, tanganNya, tetap menjadi agenda utama dalam hidup kita? jika itu menjadi agenda utama, maka kita akan bergabung dengan barisan  go…make disciples of all nations” . Menjadi murid yang mengalami perubahan radical, yang keluar dari zona aman dengan berbagai alasan sebagai pembelaan diri mengapa kita tidak melakukannya. “ go…make disciples of all nations”, mungkin ada banyak alasan tidak melakukannya. Seperti Demas, yang telah menikmati anugerah itu, bergabung dalam pelayanan Paulus, yang sangat kita kenal dengan perkataan “celakalah aku jika aku tidak memberitakan Injil” (1 Korintus 9:16b).

Tetapi Demas mundur dan memilih lebih mencintai dunia. Demas pergi ke Tesalonika, sebuah kota yang terkenal dengan kemakmuran dan kenikmatan duniawi. Kata yang dipakai adalah agave yang menegaskan cinta yang bersifat total dan menyeluruh. Jika orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada dalam diri orang itu. Orang  Pernah ada survey terhadap 300 orang yang berusia diatas 65 tahun, yang dahulunya begitu berapi-api dalam pelayanan mahasiswa. Dari hasil survey tersebut, hanya 10% yang tetap setia melayani. kiranya kita tetap setia berada dalam barisan yang menyatakan kemuliaan Allah di zaman  ini. Tidak ditelan oleh berbagai tawaran dunia yang membuat kita berpaling dari panggilanNya.

go…make disciples of all nations”, mungkin juga tidak dilakukan karena memahami pengertian Injil yang tereduksi (pemahaman penulis sendiri). Menunjukkan ”kebaikan, teladan, intregritas, dll” berarti sudah melakukan Amanat Agung. Tidak ada dalam sejarah Kekristenan dimana ada kebangunan rohani hanya karena melakukan hal-hal tersebut. Semoga pemahaman tersebut tidak kita anut hanya karena pembelaan terhadap ketidakberanian kita menyatakan Injil secara verbal. Hidup yang menunjukkan jati diri Kristen sejati, adalah suatu keharusan karena image kita yang berdosa telah dikembalikan melalui karya Kristus kepada Image of God (imago dei), maka sewajarnyalah kita memancarkan image itu dalam segala segi hidup kita. itu sebabnya Paulus menuliskan dalam 1 Korintus 9:27. Dia berupaya sekuat mungkin bagaimana hidupnya memancarkan gelarnya sebagai rasul sehingga ketika Injil diberitakan, ia tidak ditolak.

Dalam Matius 9:35 tertulis ”Demikianlah Yesus berkeliling ke semua kota dan desa; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Sorga serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan”. Yesus sendiri membedakan antara melenyapkan segala penyakit dengan pekerjan pemberitaan Injil. Mungkin pembaca bisa sependapat dengan penulis atau bahkan tidak sependapat dengan berbagai argument yang mungkin tidak akan pernah sepakat bersama sampai kedatangan Yesus yang keduakalinya J. Tapi yang paling utama, biarlah tulisan singkat ini menjadi perenungan pribadi bagi setiap kita. Apakah kita mau taat kepada panggilan itu “ go…make disciples of all nations”. Karena setiap kita yang menyatakan diri sebagai murid, adalah misionaris dan setiap jiwa yang terhilang adalah ladangnya. Harapan terbesar Allah adalah kita menjadi murid yang bermultifikasi.

Sebagai penutup untuk tulisan singkat ini, penulis akan menuliskan dua statement di bawah.

“tidak terpanggil!” Apakah Anda berkata demikian? “tidak mendengar panggilan,” saya pikir lebih tepatnya begitu. Dekatkan telinga anda pada Alkitab dan dengarkan Ia memanggil Anda pergi untuk menarik jiwa yang terhilang keluar dari lumpur dosa. – William Booth (pendiri Bala Keselamatan, penyalur bantuan kemanusiaan terbesar. 1829-1912)

 

Bila anda memiliki hasrat rasuli, anda adalah seorang yang paling berbahaya di planet ini. Dunia tidak lagi menguasai hati anda, anda mengabdikan diri pada penyebaran dan proklamasi kemuliaan Allah di antara bangsa-bangsa. Anda tidak takut kehilangan. Bahkan anda berani untuk percaya bahwa anda diberi kehormatan untuk mati bagi penyebaran kemuliaan-Nya di bumi ini. Hasrat Bapa menjadi hasrat anda. Setan takut akan anda dan para malaikat bersorak untuk anda. (Floyd McClung, Christian mission leader, author of “the Father heart of God”).

Salam kasih
Afnita RBL  Tobing