
Bertahan di Masa Kesusahan
by Josepri Padang(MIPA 2016)
Shaloom untuk kita semua.Sudah sekitar 3 bulan lebih kita merasakan dampak dari wabah covid-19 yang sampai saat ini belum kunjung sampai pada titik usai.Perkuliahan secara langsung ditiadakan, sebagian besar kita mungkin harus bekerja dari rumah.Mungkin kita bertanya-tanya kepada Tuhan, “kapan wabah ini akan berhenti?”Atau sebagian kita mungkin bertanya “apa maksud Tuhan dibalik pandemi ini?”
Wabah ini begitu membungkam setiap prediksi atau perkiraan yang dilontarkan oleh beberapa pihak. Yang mungkin kita sempat berpikir wabah ini pasti akan segera berakhir. Namun saat kita melihat hal itu tak kunjung berakhir, bahkan korban semakin bertambah, tercatat sudah lebih 20 ribu orang terinfeksi di Indonesia, selain itu perekonomian sudah mulai menurun, saat itulah kita mulai tidak mengerti dan memutuskan untuk berserah. Saya mencoba menggunakan kata berserah, bukan pasrah karena dibalik kata berserah ada pengharapan bahwa Tuhan ada untuk menopang hidup kita.
Dulu saat masih satu orang yang terinfeksi, masyarakat begitu dihebohkan.Dan kita melihat bahwa saat ini kita mulai berserah. Pemerintah sudah mengeluarkan kebijakan bahwa kita akan menerapkan new normal, dimana mau tidak mau kita harus tetap beraktifitas untuk menjaga kestabilan ekonomi, namun dibarengi penerapan protokol kesehatan.
Tidak bisa dipungkiri, hal ini membuat banyak orang begitu khawatir, bahkan orang percaya sekalipun.Mungkin kekhawatiran setiap kita berbeda-beda. Ada yang kuatir karena takut terinfeksi sehingga kemana-mana selalu was-was, ada yang kuatir karena pengerjaan pelayanan jadi terhambat dimana harus dikerjakan secara online, ada juga yang kuatir karena tidak bisa mengerjakan penelitian skripsi, dan lain sebagainya.
Kekuatiran tersebut memberikan dampak yang cukup besar.Dimana orang yang khawatir cenderung tidak bersukacita, mengeluh, dan tidak memiliki pengharapan. Padahal firman Tuhan jelas mengatakan: “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga , tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”Filipi 4:6
Murid Tuhan Yesus juga pernah mengalami suatu kekhawatiran.Saat Yesus dan murid-murid-Nya bertolak menyeberang danau di suatu petang (Markus 4:35-41).Hari itu cuaca terlihat baik-baik saja, namun tiba-tiba angin taufan datang dan membuat perahu mereka bergoncang dan air ombak mulai masuk ke dalam perahu mereka, dan mulai dipenuhi air (ayat 37).Saat itu Yesus sedang tertidur di buritan perahu (ayat 38), hal ini menarik karena sekalipun badai datang, Yesus tidak merasa terganggu sedikitpun.Justru murid-murid-Nya begitu panik dan berteriak membangunkan Yesus, menyuruh Yesus membantu mereka.Apa yang terjadi? Yesus bangun dan menghardik badai itu sambil berkata “diam!Tenanglah!” seketika badai itu berhenti (Ayat 39). Yesus berkata kepada mereka “ Mengapa kamu begitu takut? Dan tidak percaya?.
Apa yang bisa kita pelajari dari kisah murid Yesus di atas? Kita melihat bahwa sekalipun mereka sudah hidup bersama Yesus sekian lama dan melihat mujizat-mujizat yang dilakukan Yesus, mereka tetap tidak percaya. Mereka telah menyaksikan Yesus menyembuhkan mertua Petrus (Mark. 1:31), menyembuhkan semua yang menderita sakit dan kerasukan (Mark.1:32), mereka juga sudah melihat yang lumpuh disembuhkan (Mark.2:1-12), dan banyak lagi, namun sepertinya hal ini belum juga membuat mereka percaya kepada Guru mereka. Mereka belum percaya bahwa Yesus sanggup melakukan segala perkara.
Kalau kita bercermin dari kisah ini, kita juga mungkin sering mengalami hal yang sama. Kita sudah begitu lama percaya kepada Tuhan Yesus, kita sudah sering mengalami pertolongan Tuhan.Namun, saat badai kehidupan menggoncang perahu kita, kita sering mulai tidak fokus kepada Tuhan, sehingga kita mulai khawatir dan merasa Tuhan telah meninggalkan kita. Kekhawatiran itu justru akan membuat kita tidak menyadari bahwa Tuhan adalah Juru Kemudi perahu kehidupan kita, yang memegang kendali penuh atasnya.
Menjadi murid Kristus, bukan berarti tanpa ujian kehidupan atau hidup kita seperti berlayar di lautan tenang.Ibrani 12:6 berkata “karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya anak.”Percaya atau tidak, setiap kita pasti mengalami berbagai gelombang kehidupan.Tuhan membiarkan hal itu terjadi untuk menyatakan kuasa-Nya. Supaya kita melihat bahwa, dimasa senang maupun susah Tuhan ada untuk menolong. Dan Ia mau kita belajar percaya di setiap kondisi.
Namun yang menjadi perenungan adalah untuk menjadi fokus kepada Tuhan memerlukan perjuangan dan kerendahan hati untuk berserah sepenuhnya kepada Tuhan dan membangun relasi yang intim dengan-Nya setiap hari.Sehingga apapun yang menimpa hidup kita, kita tidak akan khawatir dan tetap berpengharapan. Memilih untuk taat adalah sebuah perjuangan yang tidak mudah, namun dengan penyerahan diri dan pertolongan Tuhan, kita akan dimampukan untuk bertahan dalam setiap kondisi.
Marilah tetap percaya kepada Tuhan dan berjuang untuk tetap taat pada pimpinan-Nya.Dibalik setiap ujian yang Tuhan berikan, ada rencana-Nya yang indah. Tugas kita adalah tetap percaya dan mengerjakan bagian kita, dengan melayani dan berdoa supaya semakin banyak orang yang mengenal Kristus Tuhan kita. 2 Timotius 1:7 “Sebab Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih dan ketertiban” Amin.Tuhan Yesus memberkati.
Leave a Reply