Amorphic Church

Oleh : Samuel Tarihoran (FIB 2009)

Gereja sudah berdiri ribuan tahun sejak jemaat mula-mula terbentuk setelah peristiwa pentakosta di Yerusalem. Dalam rentang waktu yang begitu lama, apakah bentuk gereja masih persis sama dengan gereja mula-mula di zaman para rasul? Ataukah sudah kehilangan bentuknya yang sejati, kehilangan esensinya yang sejati.

Saya akan mengawalinya dengan melihat kebelakang bagaimana gereja mula-mula terbentuk, apa yang mereka alami, apa yang mereka lakukan dan bagaimana dampak mereka pada zaman itu. Berawal dari peristiwa turunnya Roh Kudus di Yerusalem kepada murid-murid Tuhan Yesus (Kis 2), disaksikan oleh banyak orang dari berbagai bangsa, dan dengan penuh oleh Roh Kudus, Petrus berkhotbah dengan penuh kuasa sehingga membuat sejumlah 3000 orang memberi diri dibabtis dan percaya (Kis 2:41). Itulah serangkaian peristiwa yang mengawali berdirinya jemaat mula-mula.

Lalu bagaimana peristiwa-peristiwa yang dilalui oleh jemaat pada saat itu dapat kita baca dengan lengkap dalam kitab Kisah Para Rasul, namun saya hanya akan menyoroti bagaimana cara hidup jemaat mula-mula pada saat itu. Saya mau mengajak kita untuk mencermati Kisah Para Rasul 2:41-47 dan Kisah Para Rasul 4:32-35. Disana dijelaskan secara singkat namun penuh makna bagaimana cara jemaat mula-mula hidup.

Gereja pada masa itu tidaklah seperti sekarang, situasinya sangat kritis. Hal ini terjadi karena adanya pertentangan dari agama Yahudi yang menganggap bahwa orang Kristen itu sekte sesat, sehingga halal darahnya untuk ditumpahkan. Kita masih ingat peristiwa Saulus, yang dengan kuasa penuh dari para imam diutus untuk menghabisi semua orang percaya di Yerusalem. Selain itu pemerintahan Romawi yang pada masa itu menjajah tanah Israel juga tidak terlalu senang dengan orang-orang percaya pada masa itu karena dianggap pemberontak dan pembangkang. Orang percaya pada masa itu bukanlah orang-orang berpengaruh, orang-orang yang memiliki kedudukan politik yang kuat maupun yang melimpah secara ekonomi, mereka hanya orang-orang biasa yang kemudian menjadi percaya akan berita Injil.

Dalam kondisi seperti itu apa yang mereka lakukan? Mereka bertekun dalam pengajaran para rasul (ay 41). Ada rasa haus dan lapar akan kebenaran firman Tuhan dalam diri tiap-tiap orang. Mereka setiap hari berkumpul untuk mendengarkan firman yang diajarkan para rasul. Sekali lagi saya tekankan, mereka melakukannya setiap hari! Persekutuan mereka juga sangat indah, mereka setiap hari memecah-mecah roti untuk makan bersama di rumah secara bergiliran dengan hati yang bergembira dan tulus hati. Dan menarik untuk dicermati bahwa tidak ada jemaat yang kekurangan secara ekonomi, karena segala kepunyaan mereka adalah milik bersama.

Dengan cara hidup seperti itu, apa dampaknya? Mari kita lihat Kisah Rasul 2:47. Disana dikatakan bahwa mereka disukai semua orang dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.

Artinya bahwa persekutuan mereka yang penuh kasih, penuh kesatuan hati, dan penuh kuasa itu memberkati orang-orang disekitar mereka, sehingga orang-orang pun ingin bergabung ke dalam ikatan persekutuan tersebut.

Membaca ayat ini saya jadi teringat akan doa Tuhan Yesus dalam Yohanes 17:21, “supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku.” Ketika kita bersatu, dampaknya besar sekali, dunia akan melihat dan percaya akan Kristus!

Pasal 2: 41-47 tadi diulang lagi pada pasal 4:32-37, sehingga ada semacam penekanan yang dilakukan penulis kisah para rasul. Kita mau belajar bagaimana gereja yang sesungguhnya dalam pasal ini.

bahwa gereja adalah sekumpulan orang-orang yang sehati dan sejiwa (ay. 32). Gereja adalah orang-orang dengan latar belakang berbeda namun disatukan dan diikat dengan Roh yang sama, yaitu Roh Kudus (1 Kor 12:13). Dampaknya jika orang percaya bersatu adalah dunia akan melihat kemuliaan Kristus (Yoh 17:21). Apa bukti nyata dari kesehatian mereka? Yaitu bahwa segala sesuatu adalah kepunyaan mereka bersama (ay 32).

orang-orang yang mengalami perubahan hidup. Setiap orang yang telah mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus, pasti akan mengalami perubahan radikal dalam hidupnya (2 Kor 5:17). Kita tahu bahwa ada 2 hal yang paling sulit untuk manusia bisa serahkan, yaitu hartanya dan nyawanya. Namun lihatlah apa yang dilakukan jemaat mula-mula,  mereka adalah orang-orang biasa namun memiliki keberanian untuk rela mati demi mempertahankan iman, tidak tamak dan egois, karena mereka membagi-bagi harta mereka kepada sesamanya yang kekurangan. Bagi mereka apa yang mereka punya adalah milik bersama, dan pantang melihat saudara seiman mereka kekurangan. Ini adalah bukti nyata bagaimana perjumpaan dengan Kristus mengubahkan mereka.

orang-orang yang bermisi (ay 33). Gereja adalah orang-orang yang mau diutus untuk mau pergi ke ladang misi, agar semakin banyak orang yang mendengar kabar keselamatan dari Tuhan Yesus dan menjadi percaya. Gereja didirikan untuk misi, jika gereja tidak melalukan misi, maka gereja belum bisa dikatakan sebagai gereja, atau dengan kata lain gereja tersebut telah gagal menjadi gereja. Tahukah kita bahwa gereja mula-mula bisa berkembang pesat karena semua orang ambil bagian dalam pekerjaan misi.

Saat ini mari kita berefleksi,

sudah bagaimana gereja kita pada saat ini, apakah masih sama dengan apa yang terjadi dan dirasakan oleh jemaat mula-mula? Atau malah gereja kita sudah mulai kehilangan esensinya semula, sudah bergerak menjauh dari bentuknya semula. Masihkah kita melihat persekutuan yang begitu erat, yang penuh dengan kasih, yang saling peduli, dan pantang melihat sesamanya kekurangan?

Apalagi dimasa-masa yang sulit karena pandemi Covid-19 ini, masihkah kita melihat kesatuan yang luar biasa dari gereja-gereja untuk bergandengan tangan membantu sesama yang terkena dampak pandemi covid-19 ini. Atau justru gereja sibuk menyelamatkan diri sendiri, karena gereja juga termasuk yang kena dampak yang luar biasa karena pandemi ini.

Mari kita juga membandingkan,

apakah orang-orang dalam gereja adalah orang-orang yang mengalami perubahan radikal dalam hidupnya? Atau hanya manusia-manusia yang kelihatan rohani.

Saya yakin pandemi ini diijinkan Tuhan terjadi untuk semakin memurnikan gereja. Siapa yang sungguh-sungguh sudah mengalami perjumpaan pribadi dengan Kristus, maka dia akan memiliki pikiran Allah dalam memandang segala sesuatu, termasuk dalam memandang pandemi Covid-19 ini.

Dalam hal misi, mari kita melihat gereja kita, sudah berapa giat gereja mengerjakannya? Saya meyakini pandemi ini juga sebagai alat Tuhan menegur gereja karena sudah terlalu lama bersembunyi dibalik tembok gereja yang megah, dan abai terhadap dunia luar. Pandemi ini membuat gedung gereja harus dikosongkan, dan jemaat harus mulai memandang ke luar tembok gereja, melihat dunia, yang dikasihi Allah.

TAHUKAH KAMU ?

The Church Yesterday

  • Dunamis Roh adalah syarat utama untuk pelayanan.
  • Pemimpin dipilih dengan doa dan puasa.
  • Para diaken penuh dengan Roh.
  • Para rasul menolak untuk meninggalkan doa dan khotbah.
  • Mereka memiliki sedikit emas tetapi banyak kemuliaan.
  • Ketika mereka dianiaya, mereka berdoa.
  • Mereka tidak memiliki gelar atau pakaian khusus, tetapi iblis-iblis itu gemetar di hadapan mereka.
  • Mereka berlipat ganda

 

The Church Today

  • Gelar dari seminari adalah kualifikasi dasar.
  • Para pemimpin dipilih dengan cara dukungan dan suap.
  • Beberapa Pendeta bahkan tidak dilahirkan dari Roh.
  • Pendeta dan pengkhotbah berpaut pada urusan administrasi dan bisnis.
  • Kita punya banyak emas tapi sedikit kemuliaan
  • Ketika ada masalah, lari ke polisi atau dokter
  • Memiliki banyak gelar dan jubah suci, tetapi iblis meremehkannya
  • Mereka pemisah